Senin, 24 September 2012

RAPAT KOORDINASI DAN KONSOLIDASI PELAKSANAAN KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TAHUN 2012 BPDAS KAPUAS 24-25 SEPTEMBER 2012

RAPAT KOORDINASI DAN KONSOLIDASI PELAKSANAAN KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TAHUN 2012 BPDAS KAPUAS

FUNCTION HALL HOTEL AORTA KETAPANG
KETAPANG 24 - 25 SEPTEMBER 2012











Sabtu, 22 September 2012

Public Service Part 1 (Perbankan)

LAYANAN PERBANKAN DI KOTA KETAPANG


BANK KALBAR CABANG KETAPANG
Jl. Merdeka No. 138
No Telepon: (0534) 32576, 32933
Website: http://www.bankkalbar.co.id/

Bank Kalbar Ketapang



BANK BRI CABANG KETAPANG
Jl.A. Yani, No.12 (Ketapang), Indonesia

Bank BRI Cabang Ketapang


 BANK BNI 46 CABANG KETAPANG
Jl. Merdeka No. 133 Ketapang
No Telepon: (0534) 32146 32252
Website: http://www.bni.co.id/

Bank BNI 56 Cabang Ketapang


BANK MANDIRI CABANG KETAPANG
Jl. Letjen. R. Suprapto No. 1-2
No Telepon: (0534) 35822, 35833, 35844
Website: http://www.bankmandiri.co.id/index.aspx

 BANK SYARIAH MANDIRI CABANG KETAPANG
Jl. MT. Haryono No. 111-112, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
No Telepon: (0534) 34600
Website: http://www.syariahmandiri.co.id/

Bank Mandiri Cabang Ketapang

 BANK BCA KCP KETAPANG
Jln. MT Haryono Ketapang
No Telepon: 0534-3038000, 3037758-59
Website: http://www.klikbca.com/default.html

Bank BCA KCP Ketapang

BANK MEGA CABANG KETAPANG
Jl.Let Jend R Suprapto No.159 Ketapang 78851
No Telepon: (0534) 3037099
Website: http://www.bankmega.com/


Bank Mega Cabang Ketapang


 BANK DANAMON CABANG KETAPANG
 Jl. Merdeka No. 818, Ketapang  Kalimantan Barat
No Telepon: (0534) 33297, 33576
Website: http://www.danamon.co.id/


Bank Danamon Cabang Ketapang


BANK SINARMAS CABANG KETAPANG
Jl. R. Suprapto Ketapang., Kalimantan Barat, Indonesia

Bank Sinarmas Cabang Ketapang


 BANK CIMB NIAGA CABANG KETAPANG
JL. M.T. Haryono Ketapang.

Bank CIMB Niaga Cabang Ketapang
















Jumat, 21 September 2012

Amplang Khas Ketapang Kalbar

Amplang, oleh-oleh khas Ketapang Kalbar


Amplang yang merupakan salah satu makanan khas kota Ketapang. Makanan ringan ini sangat populer dikalangan masyarakat Kota Ketapang. 
Amplang memiliki rasa ikan yang khas dan sangat terasa gurih di mulut, amplang biasanya menggunakan bahan baku ikan tenggiri dan juga dapat menggunakan bahan baku ikan belida, yang tidak sulit ditemukan di perairan ketapang. 

Ikan tenggiri segar yang terdapat di perairan ketapang




ikan belida



Di kota ketapang terdapat begitu banyak home industri yang terjun kedalam bisnis makanan ringan khas kota ketapang ini, diantaranya adalah, Amplang Ketapang Obic, dan Amplang Ketapang FN,


 Amplang OBIC







sumber gambar : http://amplangdankerupukikanbelidak.blogspot.com



 Amplang FN








 sumber gambar : http://aniawatitri.wordpress.com



Sabtu, 08 September 2012

INFO DAERAH KETAPANG

INFO DAERAH



SEJARAH SINGKAT KABUPATEN KETAPANG

Pada masa pemerintah Hindia Belanda, sejak tahun 1936 Kabupaten Ketapang adalah salah satu daerah Afdeling, yaitu merupakan bagian karesidenan Kalimantan Barat (Residentis Westerm Afdeling Van Borneo) dengan pusat pemerintahannya di Pontianak. Kabupaten Ketapang pada waktu itu dibagi menjadi tiga Onder Afdeling yang dipimpin oleh seorang Wedana, yaitu :

1. Onder Afdeling Sukadana di Sukadana terdiri dari 3 (tiga) Onder Distrik yaitu :
a. Onder Distrik Sukadana
b. Onder Distrik Simpang Hilir
c. Onder Distrik Simpang Hulu

2. Onder Afdeling Matan Hilir di Ketapang terdiri dari 2 (dua) Onder Distrik yaitu :
a. Onder Distrik Matan Hilir
b. Onder Distrik Kendawangan

3. Onder Afdeling Matan Hulu di Nanga Tayap terdiri dari 4 (empat) Onder Distrik yaitu :
a. Onder Distrik Sandai
b. Onder Distrik Nanga Tayap
c. Onder Distrik Tumbang Titi
d. Onder Distrik Marau

Afdeling Ketapang sendiri dibagi menjadi 3 (tiga) kerajaan yang dipimpin oleh seorang Panembahan, yaitu :

1. Kerajaan Matan :
- Onder Afdeling Matan Hilir
- Onder Afdeling Matan Hulu
2. Kerajaan Sukadana :
- Onder Afdeling Sukadana
3. Kerajaan Simpang :
- Onder Afdeling Simpang Hilir
- Onder Afdeling Simpang Hulu
Sampai dengan tahun 1942 kerajaan diatas masing-masing dipimpin oleh :
1. Gusti Muhammad Saunan di Kerajaan Matan
2. Tengku Betung di Kerajaan Sukadana
3. Gusti Mesir di Kerajaan Simpang.

Setelah masa pemerintahan Hindia Belanda berakhir dengan datangnya Jepang tahun 1942, Kabupaten Ketapang masih dalam status Afdeling. Perbedaannya terletak pada pimpinannya yang diambil alih langsung oleh Jepang.

Setelah masa kemerdekaan Republik Indonesia, dimana masih terjadi perebutan kekuasaan dengan pihak Pemerintah Belanda (NICA), bentuk pemerintahan di Ketapang masih tetap dipertahankan sebagaimana sebelumnya yaitu berstatus Afdeling yang disempurnakan dengan Staatsblad 1948 No. 58 dengan pengakuan adanya pemerintahan swapraja. Pada waktu itu Ketapang dibagi menjadi 3 (tiga) daerah swapraja, yaitu : Sukadana, Simpang dan Matan yang kemudian digabung menjadi sebuah federasi.

Pada masa pemerintahan Republik Indonesia, menurut Undang-undang No. 25 tahun 1956 maka Kabupaten Ketapang mendapat status sebagai bagian daerah otonom Propinsi Kalimantan Barat yang dipimpin oleh seorang Bupati sebagai Kepala Daerah.

Kabupaten Ketapang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820).


Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Kayong Utara di Propinsi Kalimantan Barat, maka sejak tanggal 26 Juni 2007, 5 (lima) wilayah kecamatan di Kabupaten Ketapang dimekarkan menjadi satu kabupaten baru dengan nama Kabupaten Kayong Utara.


Nama-nama Kepala Daerah yang pernah menjabat di Kabupaten Ketapang sejak 1947 sampai sekarang, adalah :


1. R. Soedarto (1947 - 1952)
2. R.M. Soediono (1952 - 1954)
3. M. Hadariah (1955 - 1958)
4. Herkan Yamani (1959 - 1964)
5. Drs. Muehardi (1965 - 1966)
6. M. Tohir (1966 - 1970)
7. Denggol (Pj) (1970 - 1972)
8. Zainal Arifin (1973 - 1978)
9. Soehanadi (1978 - 1983)
10. Gusti Muh. Syafril (1983 - 1988)
11. Mas'ud Abdullah, SH (1988 - 1992)
12. Drs. H. Soenardi Basnu (1992 - 1998)
13. H. Prijono, BA (Plt) (1998 - 2001)
14. H. Morkes Effendi, S.Pd, MH (2001 - 2010)
15. Drs. Henrikus, M.Si (2010 - sekarang).

SEJARAH KOTA KETAPANG

Dalam Atlas Sejarah yang disusun oleh Muhammad Yamin (1965) untuk mengidentifikasi Nusantara Raya menurut Mpu Prapanca di dalam naskah Nagarakertagama, wilayah geografi kota Ketapang saat ini diberi nama Tandjungpura. Kemudian dalam peta pada masa kesultanan Riau-Johor (Harun : 2003), wilayah kota Ketapang dinamai Matan.
Perubahan nama wilayah geografis dari Tanjung Pura menjadi Matan dan kemudian Ketapang, tidak diketahui dengan pasti karena tidak ada catatan sejarah atau prasasti yang menunjukkan peristiwa itu. Namun perubahan nama tempat atau kota pada masa kerajaan diduga akibat perubahan letak kerajaan atau berubahnya raja yang berkuasa ditempat itu akibat suatu peristiwa tertentu (perang, bencana alam dan keputusan raja).
Kepastian sejarah mengenai berdirinya Kota Ketapang hingga saat ini masih samar. Namun dapat dikatakan bahwa Kota Ketapang merupakan salah satu kota tertua di wilayah Kalimantan Barat yang dibuktikan dengan keberadaan Kerajaan Tanjungpura - Matan di wilayah Kota Ketapang yang merupakan kerajaan tertua di Kalimantan Barat. Dugaan itu setidaknya didasarkan beberapa kronik Cina, Nagarakertagama, prasasti Waringin Pitu dan penelitian para ahli linguistik di kepulauan Indo-Malaya.
Dalam kronik Cina Chu Fan Chi yang dibuat oleh Chau Ju Kwa tahun 1225 M, Tanjungpura disebut dengan nama Tan-jung-wu-lo, dikatakan bahwa daerah ini sekitar tahun 1200 M merupakan jajahan raja Jawa. Periode sezaman dengan tarikh kronik ini, di Jawa berkuasa Raja Jenggala - Kediri terakhir yaitu Sri Jayawarsa/Kertajaya (1190 - 1205 M) serta merupakan periode pertama berdirinya kerajaan Singasari dengan rajanya yaitu Sri Ranggah Rajasa/Ken Arok (1222 - 1227 M). Maka apabila menggunakan tarikh dalam kronik Cina ini, Tanjungpura baik sebagai kerajaan maupun sebagai kota sudah berdiri pada sebelum tahun 1200 M. Namun letak wilayah geografisnya sulit ditentukan apakah dalam batasan "Kota Ketapang".
Chau Ju Kwa adalah seorang pedagang yang kemungkinan singgah di kota Tan Jung Wu Lo yang terletak di tepi pantai atau di dekat sungai. Sebagai pedagang antar negara, "perahu" yang dibawanya tentulah dengan tonase cukup besar, dan hanya bisa berlabuh dialur yang dalam dan luas. Diduga saat itu, lokasi kota Tan Jung Wu Lo berada dekat dengan pelabuhan, dan wilayah geografisnya saat ini mungkin terletak di "Ketapang Kecik", Kandang Kerbau (Sukabangun), atau sekitar kuala sungai pawan (Negeri Baru).
Dalam Nagarakertagama, Tanjungpura disebut sebagai daerah bawahan Majapahit. Naskah Nagarakertagama oleh Prapanca selesai ditulis pada tahun 1365 M, periode Raja Hayam Wuruk berkuasa (1350 - 1389 M). Selain menceritakan tentang kerajaan Majapahit, naskah tersebut juga menceritakan kerajaan Singasari (1222 - 1292 M). Salah satu alur sejarah yang dapat dicermati yaitu pada saat pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih Amangkubumi (1334 M) oleh Sri Tribuana Tunggadewi (1328 - 1350 M) dia mengucapkan sumpah setianya (disebut Sumpah Palapa), dan Tanjungpura pada saat itu belum merupakan daerah bawahan Majapahit. Oleh karenanya salah satu isi sumpah Gajah Mada adalah akan menundukkan Tanjungpura (Atmodarminto : 2000).
Dalam Prasasti Waringin Pitu (1447 M), Tanjungpura (Tanjungnagara) sudah merupakan nama ibu kota negara bagian Majapahit untuk wilayah Pulau Kalimantan (Sehieke 1959). Pada masa itu, Majapahit dipimpin oleh raja Dyah Kertawijaya/Prabu Kertawijaya Brawijaya I (1447 - 1450 M). Letak geografis kota Tanjungpura tersebut sebagaimana yang identifikasi Pigeaud (1963), Djafar (1978), dan Muhammad Yamin (1965), adalah terletak didalam batasan wilayah "Kota Ketapang" yaitu sebelah selatan kota Ketapang (sekarang Negeri Baru).
Versi lain mengenai berdirinya kota Ketapang dapat ditinjau dari peristiwa sejarah yang sangat penting pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin di Kerajaan Matan, yaitu peristiwa perampasan kekuasaan oleh saudaranya sendiri Pangeran Agung pada tahun 1710 M. Pangeran Agung yang gagal merebut tahta saudaranya, dipenjarakan (diasingkan) oleh Sultan Muhammad Zainuddin dengan membuatkannya suatu kota kecil lengkap dengan pelayannya (gundik) 40 orang. Dalam Sejarah Kalimantan Barat (Loutan 1973) daerah tersebut adalah Darul Salam. Orang Ketapang menyebut daerah tersebut Tembalok (tempat penjara raja) atau Sei Awan seberang Sukabangun. Dalam sejarah kerajaan Riau Johor dikatakan "dikurung dalam kota kecil sampai mati" (Ahmad 1985).
Hingga saat ini kesepakatan tentang hari jadi Kota Ketapang masih dalam proses kajian. Data diatas dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penentuan hari jadi Kota Ketapang secara legal formal (berdasarkan rujukan hasil Diskusi Panel Adat Budaya dan Kelestariannya di Musyawarah Besar II Ikatan Keluarga Kerajaan Matan dan Tanjungpura tanggal 7 s/d 8 Agustus 2004).

KECAMATAN DI KAB.KETAPANG

Daerah Kabupaten Ketapang mempunyai luas wilayah 35.809 km² (± 3.580.900 ha) yang terdiri dari 33.209 km² wilayah daratan dan 2.600 km² wilayah perairan (sebelum pemekaran Kabupaten Kayong Utara). Namun setelah pemekaran Kabupaten Kayong Utara, maka wilayah secara keseluruhan mencapai 31.588 km2 dengan luas daratan 30.099 km2 dan luas perairan 1.489 km2, serta memiliki 20 kecamatan, yaitu:

1. Benua Kayong
2. Delta Pawan
3. Muara Pawan
4. Singkup
5. Air Upas
6.Kendawangan
7. Marau
8. Manismata
9.Tumbang Titi
10. Jelai Hulu
11. Sungai Melayu Rayak
12. Pemahan
13. Nanga Tayap
14. Hulu Sungai
15. Sandai
15. sungai laur
16.Simpang Dua
17. Simpang Hulu
18. Matan Hilir Utara
19. Muara Pawan
20. Matan Hilir Selatan.



Sumber : http://www.humas.ketapang.go.id/info_daerah.php?k=sejarah_ketapang

Peta Pusat Kota Ketapang


Sumber Gambar : http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=676272

Room Rates


Sejarah Hotel Aorta

SEJARAH HOTEL AORTA



Hotel Aorta merupakan bangunan mungil yang berdiri di pinggir kota Ketapang. Dulunya daerah ini merupakan rawa-rawa yang merupakan daerah yang kurang diminati masyarakat untuk membangun suatu usaha. Sebelum Hotel Aorta Ketapang berdiri, bangunan tersebut adalah sebuah klinik kesehatan swasta yang bernama klinik Melati.
Tampak depan hotel aorta sebelum renovasi tahun 2012
Pada perkembangannya karena kota Ketapang merupakan kota dengan pembauran dari berbagai etnis, suku dan agama yang beragam. Salah satu etnis yang menetap yaitu etnis cina yang masih menganut paham kepercayaan terhadap peruntungan feng shui daerah tersebut diyakini memberikan peruntungan untuk dunia usaha karena dipercayai merupakan jalinan dari badan dewa Naga pemberi rezeki yang dimulai dari daerah Rangga Sentap yang diyakini sebagai kepala dewa Naga dan berakhir di daerah Sukabangun yang diyakini sebagai ekor dari dewa Naga.
Merunut dari kepercayaan tersebut maka banyak para pengusaha yang merupakan warga keturunan etnis cina yang berasal dari daerah Sintang, Singkawang maupun sambas yang merupakan daerah diluar kota Ketapang datang untuk turut menanamkan investasi usahanya disepanjang jalur yang diyakini sebagai garis badan dewa Naga. Sehingga kini daerah yang dulunya merupakan daerah kurang berkembanng, berubah menjadi daerah bisnis yang ramai dan terus berkembang. Untuk alasan itu pulalah maka pemilik Hotel Aorta yang dulunya juga merupakan pemilik klinik kesehatan swasta Melati mengalihkan usahanya menjadi usaha penginapan. Hal lain yang mendorong perubahan bentuk usaha tersebut adalah semakin banyaknya perusahaan-perusahaan asing dari berbagai Negara yang menginvestasikan modalnya di bidang perkebunan dan perikanan diwilayah kabupaten Ketapang, seperti perusahaan kelapa sawit dan pertambangan dari Negara Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Amerika dan Australia.
Gedung Kamar Kelas Junior dan Family
Pertama kali Hotel ini didirikan diatas areal tanah 1850 M2 dengan luas seluruh bangunan 700 m2. Demi meningkatkan pelayanan jasa kepada seluruh pengguna maka pada tahun 2007 Hotel Aorta merehabilitasi bangunan hotel dengan menambah fasilitas yang ada, seiring berkembangnya usaha hotel ini maka sejak akhir tahun 2009 Hotel Aorta kembali merehabilitasi dan mengembangkan kembali dengan menambah jumlah kamar serta fasilitas hotel agar usaha ini berkembang menjadi lebih besar dan lebih layak lagi.

kamar kelas Family
Pada awalnya hotel ini hanya memiliki 6 kamar yang merupakan hasil alih fungsi dari ruangan pelayanan klinik Melati. Seiring dengan pesatnya tingkat hunian hotel, maka pada tahun 2008 hotel Aorta mulai menambah jumlah kamar sebanyak 7 unit yang terdiri atas 2 kelas yaitu 6 kelas Junior dan 1 Kelas Family. Disamping penambahan unit kamar, hotel Aorta juga menambah unit bangunan restorasi dengan kapasitas 30 orang.
kamar kelas Junior
Restoran Aorta

Pada tahun 2010 akhir, hotel Aorta  kembali meningkatkan unit usahanya, dengan membeli tanah seluas 2000 m2 sehingga total luas tanah yang dimiliki oleh hotel Aorta menjadi 3850 m2, dan menambah 2 unit bangunan kamar yang terdiri dari 10 kamar dan terdiri 2 kelas kamar yaitu, 8 unit kamar kelas deluxe dan 2 unit kamar kelas eksekutif. Dan pada pertengahan 2012 ini hotel Aorta kembali menambah unit bangunannya, yaitu unit bangunan serbaguna dengan luas 8 m x 16 m dengan kapasitas tampung sebanyak kurang lebih 100 orang.